Rabu, 20 Juli 2016

Lata Manjari











Lata Manjari       
Lata lunglai menyadari kekasihnya selingkuh. Itu artinya Nambi ga bisa diharapkan. Sedih sepanjang hari tak mampu menelan makanan malamnyapun tak bisa tidur. Ternyata pergerakan organ tubuh sangat dipengaruhi perasaan. Hari kedua masih juga ga bisa menelan makanan.  Ini hari ketiga ga bisa tidur dan ga bisa makan. Lata berusaha memeuhi kebutuhan tubuhnya dengan minum susu, nasi hanya bisa dilumatkan dan tertelan liurnya. Okey makanan bisa ditanggulangi dengan minum atau menelan liurnya, tapi tidur, bagaimana supaya bisa tidur. Selama tiga hari ini Lata hanya pura-pura tidur.
        Hari keempat mungkin karena begitu lelah akhirnya tertidur juga. Lata bersyukur karena bisa tidur walau sebentar, itu artinya masih normal. Lata berenang di pantai, ia berusaha menghibur dirinya dengan kegiatan-kegiatan positif. Berenang adalah olah raga terbaik karena menggerakkan seluruh tubuh dsn gerakan ini bisa diulang-ulang jauh lebih banyak dari pada orah raga lain. Karena berenang menyenangkan serta tidak terlalu merasa lelah atau bosan.
Hari ini ia menulis surat ke kompas ‘cari jodoh’. Kegiatan ini membuatnya fress. Penuh harapan.
Seminggu kemudian segepok surat datang dari berbagai daerah. Belum ada yang cocok.
       Datang lagi surat dari kompas. Amplop coklat besar penuh seperti bantal guling. Datang lagi dan datang lagi. Akhirnya ada juga yang nyantol. Beberapa surat yang menarik. Made dari ubud tinggal di Australia. ‘mmm pasti keren’ pikir Lata. Fotonya keren, rambutnya agak panjang di kuncir. Gaya seniman. Lulusan SMA kerja di pertambangan usianya 29 tahun. Hmmm bule. Yak setengah bule, ibunya bule ayahnya dr Ubud. Ada 8 surat yang masuk nomnasi. Agung 30 tahun dari Gianyar kerja di telkom Malang. Hmm cakep juga tidak gemuk tapi cukup berisi tinggi 172 cm. Lata menyiapkan kertas dan pulpen untuk membuat balasan. 7 surat balasan beserta foto di dalamnya.  7 perangko. Kirim surat ke Australia tentu mahal, nanti-nanti sajalah.
      Rinto 29 tahun dari Ambon kerja di Nurtanio Bandung lulusan Unpad. Tekhnik Elektro. “Adik jangan khawatir, aku lulusan terbaik dan kami keluarga terpandang di Ambon.” Katanya dalam sebuah surat balasan. Rinto hitam manis. Tidak hitam ko kulitnya sawo matang. Lata memandangi foto Rinto. Agama Katolik. “Kau boleh tetap Hindu dik, kalau bisa sih jadi Katolik saja.”
      Lata membuka balasan surat Agung. “Slamat ulang tahun ya dik,” katanya di awal paragraf. Sebuah kartu merah muda. Suara musik terdengar ketika kartu dibuka. Lata tersenyum, ini hanya akalnya saja untuk mendapatkan hadiah ulang tahun. Dia sengaja membuat tanggal kelahiran seminggu kemudian dari tanggal pengiriman surat. Sebenarnya dia tak punya tanggal lahir. Ada amplop terselip dalam kartu. “Kado kecilnya beli sendiri ya dik,” pesannya dan uang sepuluh ribu rupiah. ‘mmmmm ..... lumayan’ Lata terkekeh. Diantara para nominator, Agung adalah terfavorit. “bulan depan saya pulang ke Bali, dik ... kita bertemu ya!” harapnya. Lata memandangi foto Agung, alisnya tebal, senyumnya manis, rambutnya tebal  berombak, kumisnya dicukur bersih hingga kulitnya agak kebiruan. “Mudah-mudahan kita cocok ya dik.” Katanya pada penutupan surat. Lata sedikit berjingkrak. Ia keluar kamar memandang langit dan menghitung bintang-bintang. Tangannya masih memegang foto Agung. Sebulan itu lama banget.
            Walau agak enggan Lata membuka juga balasan surat Pawakal 30 tahun dari Jogja. Pengusaha kuningan, lulusan Gajah Mada. Cakep banget. Terlalu keren ah. Ga pede. “Besok aku ke Bali dik, ketemu di bandara ya! ..... atau dimana terserah adik ...... aku ke kosannya aja ya? aku menginap di hotel Anti Terali no telponnya 4096. Adik bole telepon kesini dimana kita bisa ketemu .... ok thanks.” Suratnya singkat dan tude poin. Lata  bergegas untuk bertemu. Mereka akan bertemu di Kedai O’onk di sebelah raranchoco jl sedap malam. “Adi Pawakal” katanya tersenyum ramah memperkenalkan diri. “Lata.” Balas Lata berusaha ramah juga. Adi menarik kursi dan mempersilahkan Lata duduk. Mereka memesan es monktea, jamur krispi dan mie goreng. “Ingat banyakin sayurnya!” Lata mengingatkan pelayan.
      “Suka sayur ya, baguslah.”
       “Ya ..... biasa makan sayur, mas!” Lata tersenyum agak gugup karena Adi memandangnya terus seolah mencari sesuatu di wajah Lata. 
        “Gimana dik?”
        “Apanya?”
        “Ya pertemuan kita?”
        "hmmm ....." Lata tersipu 
        sebenarnya Lata merasa sangat terkesan. bagaiana tidak, Adi memperlakukannya bak putri raja, Lata tak mau terbuai, gimana kalau gombal!! mungkin saja ia juga memperlakukan hal yang sama pada wanita lain.