Lata Manjari
Lata lunglai
menyadari kekasihnya selingkuh. Itu artinya Nambi ga bisa diharapkan. Sedih
sepanjang hari tak mampu menelan makanan malamnyapun tak bisa tidur. Ternyata
pergerakan organ tubuh sangat dipengaruhi perasaan. Hari kedua masih juga ga
bisa menelan makanan. Ini hari ketiga ga
bisa tidur dan ga bisa makan. Lata berusaha memeuhi kebutuhan tubuhnya dengan
minum susu, nasi hanya bisa dilumatkan dan tertelan liurnya. Okey makanan bisa
ditanggulangi dengan minum atau menelan liurnya, tapi tidur, bagaimana supaya
bisa tidur. Selama tiga hari ini Lata hanya pura-pura tidur.
Hari keempat mungkin karena begitu
lelah akhirnya tertidur juga. Lata bersyukur karena bisa tidur walau sebentar,
itu artinya masih normal. Lata berenang di pantai, ia berusaha menghibur
dirinya dengan kegiatan-kegiatan positif. Berenang adalah olah raga terbaik
karena menggerakkan seluruh tubuh dsn gerakan ini bisa diulang-ulang jauh lebih
banyak dari pada orah raga lain. Karena berenang menyenangkan serta tidak
terlalu merasa lelah atau bosan.
Hari ini ia
menulis surat ke kompas ‘cari jodoh’. Kegiatan ini membuatnya fress. Penuh
harapan.
Seminggu
kemudian segepok surat datang dari berbagai daerah. Belum ada yang cocok.
Datang lagi surat dari kompas. Amplop
coklat besar penuh seperti bantal guling. Datang lagi dan datang lagi. Akhirnya
ada juga yang nyantol. Beberapa surat yang menarik. Made dari ubud tinggal di
Australia. ‘mmm pasti keren’ pikir Lata. Fotonya keren, rambutnya agak panjang
di kuncir. Gaya seniman. Lulusan SMA kerja di pertambangan usianya 29 tahun.
Hmmm bule. Yak setengah bule, ibunya bule ayahnya dr Ubud. Ada 8 surat yang
masuk nomnasi. Agung 30 tahun dari Gianyar kerja di telkom Malang. Hmm cakep
juga tidak gemuk tapi cukup berisi tinggi 172 cm. Lata menyiapkan kertas dan
pulpen untuk membuat balasan. 7 surat balasan beserta foto di dalamnya. 7 perangko. Kirim surat ke Australia tentu
mahal, nanti-nanti sajalah.
Rinto 29 tahun dari Ambon kerja di
Nurtanio Bandung lulusan Unpad. Tekhnik Elektro. “Adik jangan khawatir, aku
lulusan terbaik dan kami keluarga terpandang di Ambon.” Katanya dalam sebuah
surat balasan. Rinto hitam manis. Tidak hitam ko kulitnya sawo matang. Lata
memandangi foto Rinto. Agama Katolik. “Kau boleh tetap Hindu dik, kalau bisa
sih jadi Katolik saja.”
Lata membuka balasan surat Agung. “Slamat
ulang tahun ya dik,” katanya di awal paragraf. Sebuah kartu merah muda. Suara
musik terdengar ketika kartu dibuka. Lata tersenyum, ini hanya akalnya saja
untuk mendapatkan hadiah ulang tahun. Dia sengaja membuat tanggal kelahiran
seminggu kemudian dari tanggal pengiriman surat. Sebenarnya dia tak punya
tanggal lahir. Ada amplop terselip dalam kartu. “Kado kecilnya beli sendiri ya
dik,” pesannya dan uang sepuluh ribu rupiah. ‘mmmmm ..... lumayan’ Lata
terkekeh. Diantara para nominator, Agung adalah terfavorit. “bulan depan saya
pulang ke Bali, dik ... kita bertemu ya!” harapnya. Lata memandangi foto Agung,
alisnya tebal, senyumnya manis, rambutnya tebal
berombak, kumisnya dicukur bersih hingga kulitnya agak kebiruan.
“Mudah-mudahan kita cocok ya dik.” Katanya pada penutupan surat. Lata sedikit
berjingkrak. Ia keluar kamar memandang langit dan menghitung bintang-bintang.
Tangannya masih memegang foto Agung. Sebulan itu lama banget.
Walau agak enggan Lata membuka juga
balasan surat Pawakal 30 tahun dari Jogja. Pengusaha kuningan, lulusan Gajah
Mada. Cakep banget. Terlalu keren ah. Ga pede. “Besok aku ke Bali dik, ketemu
di bandara ya! ..... atau dimana terserah adik ...... aku ke kosannya aja ya?
aku menginap di hotel Anti Terali no telponnya 4096. Adik bole telepon kesini
dimana kita bisa ketemu .... ok thanks.” Suratnya singkat dan tude poin.
Lata bergegas untuk bertemu. Mereka akan
bertemu di Kedai O’onk di sebelah raranchoco jl sedap malam. “Adi Pawakal” katanya
tersenyum ramah memperkenalkan diri. “Lata.” Balas Lata berusaha ramah juga.
Adi menarik kursi dan mempersilahkan Lata duduk. Mereka memesan es monktea,
jamur krispi dan mie goreng. “Ingat banyakin sayurnya!” Lata mengingatkan
pelayan.
“Suka sayur ya, baguslah.”
“Ya ..... biasa makan sayur, mas!” Lata tersenyum agak gugup karena Adi memandangnya terus seolah mencari sesuatu di wajah Lata.
“Gimana dik?”
“Apanya?”
“Ya pertemuan kita?”
"hmmm ....." Lata tersipu
"hmmm ....." Lata tersipu
sebenarnya Lata merasa sangat terkesan. bagaiana tidak, Adi memperlakukannya bak putri raja, Lata tak mau terbuai, gimana kalau gombal!! mungkin saja ia juga memperlakukan hal yang sama pada wanita lain.